Aku adalah keset, tak tahu kenapa semenjak aku diciptakan
aku tidak pernah ditempatkan di meja makan, tempat tidur, bahkan ruang tamu.
Tempatku dilantai, aku ditmpatkan didepan pintu masuk , aku
adalah tempat orang-orang menginjakan sepatunya,menggesekan sendalnya, meninggalkan
kotoran yang diinjaknya.
Aku hanyalah tempat dimana menempelnya kuman dan kotoran
namun aku sedikit bersyukur dibandingkan
temanku bola sepak.
Aku adalah bola sepak,aku diciptakan dari kulit pilihan
menggunakan warna yang indah dan dipasang disebuah etalase dengan sorotan lampu
yang membuat diriku terlihat lebih seksi.
Aku senang ketika wasit membawaku ketengah lapang , karena
akulah bintangnya pada saat itu.
Peluit pun dibunyikan, aku ditendang,aku terlempar kekiri aku melambung kekanan,sakit sekali…
Peluit pun dibunyikan, aku ditendang,aku terlempar kekiri aku melambung kekanan,sakit sekali…
Semua pemain tak henti menendangku, ketika aku keluar
lapangan aku sangat senang karena penontong berebut mengulurkan tangannya
untukku, aku kira mereka akan memeluku namun tidak mereka kembali melemparku
ketengah lapangan,tendangan pun tidak dapat dielakan.
Yang aku bingung kenapa tidak ada yang memperdulikanku,
memanggil dokter tulang ataupun dukun saja tidak. Aku kesakitan,mereka para
pemain yang menendangku malah mendapat pertolongan dokter waktu
terjatuh,sedangkan aku?
Namun aku sangat senang ketika melihat mereka saling
teckel,saling jegal, bahkan saling tengkar untuk memperebutkan aku.
“ Hidup itu memerlukan sasaran, apakah sasaran selalu
baik?tentu jawabannya tidak, terkadang orang masih suka salah sasaran.
Terkadang banyak orang yang meragukan akan sasaran yang kita tuju, mencemooh,
mengintimidasi bahkan mendiskriminasi
dan terkadang sasaran itu membuat kita rela melukai diri sendiri. Namun yang perlu kita pahami dalam menuju
sasaran itu bukanlah hasilnya namun proses untuk mencapai suatu hasil
sehingga sasaran akan berjalan dengan
semestinya.”